PERJALANAN ISTIMEWA NAIK KERETA API
Oleh: Nani
Sejak kecil, saya tinggal bersama orangtua
di suatu tempat di wilayah Kabupaten Garut. Ketika melanjutkan kuliah pada
pertengahan tahun 2002, saya mulai jauh dari orangtua. Saya kuliah di Bandung.
Pengalaman yang sungguh luar biasa. Saya belajar banyak hal, selain semua mata
kuliah yang harus diselesaikan. Pulang ke Garut rata-rata setiap dua minggu.
Perjalanan dari terminal Guntur Garut menuju terminal Cicaheum Bandung naik bis
itu kurang lebih 3 jam. Setelah sampai terminal Cicaheum, saya naik angkutan
umum menuju Ledeng, sekitar satu jam. Lumayan, bagi saya itu perjalanan yang cukup
panjang, hehe.
Sahabat, pernahkah ketika kecil main
tebak-tebakan? Kalau saya sih sering, bahkan sampai sekarang, hehe. Salahsatu
tebak-tebakan yang pernah dilontarkan teman saya waktu itu adalah kendaraan apa
yang paling panjang? Ayo, apa coba jawabannya? Jawabannya adalah kereta api,
hehe.
Kapan Anda terakhir naik kereta api
dan berapa sering naik kereta api? Tentu jawabannya berbeda-beda.
Semenjak kecil, saya ingin banget
mencoba bagaimana rasanya naik kereta api, tapi harapan tersebut belum bisa
terwujud, karena pada kenyataannya belum ada kesempatan. Ketika saya kecil, jarang bepergian jauh dan kalaupun berangkat
ke suatu tempat, tidak menggunakan kereta api.
Berbicara tentang kereta api, Garut
memiliki cerita yang spesial. Diawali dari panorama Garut yang sangat indah,
pemerintah kolonial Belanda saat itu membangun jalur kerata api. Proyek kereta
api Garut tersebut dikerjakan oleh Staatssporwegen (SS), perusahaan milik
Belanda.
Menurut cerita kakek saya,
berdasarkan cerita ke cerita, kereta api di Garut mulai ada sekitar tahun 1889-1990.
Alhamdulillah, menginjak usia yang ke 100 tahun, kakek masih sehat wala’fiyat
dan sering cerita banyak hal. Semoga Allah SWT selalu memberi kesehatan dan
keberkahan dalam sisa usianya, aamiin. Berkaitan dengan perkembangan kereta api
Garut, bahkan pada tahun 1921-an, pembangunan jalur kereta api dilanjutkan hingga
ke Cikajang Garut. Dengan ada jalur kereta api Garut, banyak orang yang
tertarik untuk berkunjung ke daerah Garut, termasuk orang Eropa. Mereka
tertarik ingin menikmati keindahan alam Garut yang luar biasa. Sayang banget,
dengan berbagai alasan, kereta Api Garut-Cibatu ditutup pada tahun 1983.
Setelah beberapa lama saya tinggal
di Bandung, bersama beberapa teman, pada tahun 2005-an, harapan saya untuk naik
kereta api tercapai. Saat itulah, pertama
kalinya saya naik kereta api. Kereta api ekonomi dan hanya satu atau dua
gerbong, saya lupa, tapi terasa sangat istimewa. Waktu itu saya naik kereta api
jurusan Bandung-Purwakarta.
Banyak hal yang mengesankan dari
pengalaman pertama naik kereta api. Pertama tentang pembelian tiket, uang yang
saya keluarkan untuk naik kereta api tersebut hanya Rp. 8.000. Sebuah harga
yang bisa dikatagorikan murah untuk jarak sejauh itu. Kedua, suasana di dalam gerbong kereta api. Sebagai
orang yang baru merasakan naik kereta api, saya niat banget menikmati semuanya.
Rasanya tidak mau ada yang terlewatkan sedikitpun. Lebay mungkin kalau menurut
anak jaman sekarang, hehe. Suara kereta api yang khas, terdengar sangat
istimewa di telinga. Tempat duduknya
yang saling berhadapan, sepasang-sepasang, beda dengan tempat duduk di angkutan
umum lainnya, memberikan pengalaman yang berbeda. Saat itu, pedagang asongan juga masih bisa
masuk ke dalam kereta api. Mereka terlihat sangat semangat menawarkan
dagangannya masing-masing. Saya tidak merasa terganggu dengan suasana tersebut.
Justru, dengan melihat pemandangan seperti itu, banyak hikmah dan pembelajaran
bagi saya. Ternyata untuk mendapatkan uang, setiap orang punya cerita tentang
bagaimana bentuk perjuangannya masing-masing. Selama di perjalanan pun saya
menikmati pemandangan alam yang sangat indah, apalagi memang saat itu merupakan
pengalaman pertama ke daerah Purwakarta.
Pada tahun 2022, alhamdulillah jalur
kereta api Garut mulai beroperasi lagi. Masyarakat menyambutnya dengan sangat
antusias. Sejak diresmikan oleh Menteri Perhubungan, Bapak Budi Karya Sumadi
dan Menteri BUMN, Bapak Erick Thohir, didampingi Direktur Utama PT Kereta APi
Indonesia, banyak sekali masyarakat yang memanfaatkna pasilitas kereta api
tersebut dalam melakukan perjalanan mereka. Termasuk diantaranya masyarakat
yang hanya ingin jalan-jalan, menikmati dan melepas kangen terhadap transportasi
yang sudah lama dinantikan tersebut.
Ada hal yang disayangkan pada awal
beroperasi, karena situasi masih pandemi, jumlah calon penumpang masih dibatasi.
Selain itu, bukti vaksinasi juga menjadi syarat utama calon penumpang bisa
lolos naik kereta api. Namun demikian, alhamdulillah semua masyarakat sangat
paham terhadap aturan tersebut. Demi kebaikan bersama, mereka semua mentaatinya
dengan baik.
Alhamdulillah, pada bulan Juli tahun
2022, saya, suami, dan anak-anak bisa naik kereta api kembali. Bagi saya, ini pengalaman kedua naik kereta
api, entah kalau suami, hehe. Yang jelas, ini merupakan pengalaman pertama
untuk anak-anak kami. Kami sepakat, selain karena lagi ramai perbincangan tentang
kereta api yang baru beroperasi, kami juga ingin memberikan pengalaman naik
kereta api terhadap anak-anak. Pengalaman tersebut sungguh terasa semakin
istimewa, karena saya bisa menikmatinya bersama dengan keluarga tercinta. Kami
selama ini belum ada tujuan mau naik kereta api ke mana. Selain anak-anak
memang masih kecil, libur sekolah kamipun tidak sama.
Ada banyak perbedaan yang saya
rasakan pada pengalaman naik kereta kedua ini. Perbedaan pertama, terasa dari
pemesanan tiket. Mungkin karena masih terhitung baru dan pertimbangan lainnya, minat
masyarakat untuk menggunakan transportasi kereta api sangat tinggi. Sehingga
supaya dapat tiket, harus memesannya pada hari sebelumnya, baik secara langsung
ataupun melalui online. Waktu itu, akhirnya suami membeli tiket secara online,
meskipun sebetulnya jarak rumah ke stasiun tidak terlalu jauh. Terasa lebih
efektif ternyata.
Saat memasuki gerbong, terasa
semakin berbeda. Kereta yang kami tumpangi sebetulnya sama dengan yang waktu
pertama kali, sama-sama kereta api kelas ekonomi. Kereta api kelas ekonomi
sekarang sudah lebih nyaman ternyata. Selain bersih, ada pasilitas meja untuk
penyimpanan barang/makanan, tempat menggantungkan sampah, dan untuk mengcarge handphone
juga ada.
Sebelum sampai ke tempat tujuan,
kami melewati beberapa stasiun pemberhentian. Yang awalnya kereta cukup
lengang, pada akhirnya kereta api jadi penuh banget, sampai ada beberapa orang yang
tidak kebagian tempat duduk. Tapi semuanya terlihat berusaha menyamankan diri
dan menikmati perjalanan.
Selama perjalanan Garut-Bandung,
dengan jarak tempuh 4 jam, rasanya seru banget. Sangat benar anggapan orang
Belanda dulu, bahwa Garut memang memiliki pemandangan yang sangat indah.
Selama di dalam kereta api, kami
bercerita ke sana kemari, termasuk meminta anak untuk bercerita tentang kesan
yang dirasakan oleh mereka ketika naik kereta api.
Ketika sampai rumah, anak yang kecil
bertanya: “Mah, kapan kita naik lagi kereta api?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar